PgriBeltim.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemdikbud RI kembali menyelenggarakan serial Webinar Implementasi Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, yang disiarkan langsung di kanal YouTube resmi Ditjen GTK.
Mengusung tema “Guru Inovatif dalam Im plementasi Kurikulum Merdeka”, webinar ini bertujuan untuk membahas bagaimana para guru di berbagai daerah Indonesia melakukan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid, serta dampaknya terhadap pencapaian tujuan transformasi pendidikan.
Dalam acara ini, dua guru peraih Apresiasi GTK beberapa waktu lalu, masuk dalam kategori Guru Inovatif, Abdul Jalil dari SMP Al Fatih Parangmata, Takalar, Sulawesi Selatan dan Nur Ernawati dari SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta, berbagi pengalaman mereka dalam menciptakan solusi inovatif dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di kelas.
Mendorong Kolaborasi untuk Mewujudkan Pembelajaran Berkualitas
Dr. Kasiman, Plt. Direktur Kepala Sekolah Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, membuka acara dengan menekankan bahwa inovasi yang dilakukan oleh para guru akan menjadi bagian penting dari kesuksesan implementasi Kurikulum Merdeka. Menurutnya, keberhasilan tersebut akhirnya akan dirasakan oleh murid sebagai hasil nyata dari transformasi pembelajaran.
“Setiap inovasi yang dilakukan guru akan menjadi bagian dari kesuksesan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Semoga apa yang disampaikan narasumber hari ini bisa menjadi inspirasi dan diimplementasikan oleh guru-guru di daerah lain,” ujar Dr. Kasiman dengan penuh harapan.
Abdul Jalil: Membangun Komunitas Belajar yang Kreatif dan Kolaboratif
Salah satu narasumber, Abdul Jalil, berbicara mengenai inovasi yang ia terapkan di UPT SMP Al Fatih Parangmata. Sebagai kepala sekolah, Abdul Jalil menciptakan Komunitas Belajar Al Fatih KEREN (Kreatif, Energik, Religius, Egaliter, dan Nasionalis), yang bertujuan untuk menciptakan ruang bagi guru untuk saling berbagi ilmu dan mencari solusi bersama dalam menghadapi tantangan pembelajaran.
Komunitas ini dijalankan dengan konsep SULAPA (Search, Unbraiding, Learning, Analysis, Practice, and Assessment) serta karakter kepemimpinan CLBK (Caradde, Lambusuk, Barani, Kalumanyang) yang berarti cerdas, jujur, berani, dan berwawasan.
Menurut Abdul Jalil, sebelumnya di sekolahnya tidak ada wadah untuk berbagi pengetahuan antar guru. Hal ini menghambat para guru untuk berkembang dan mengoptimalkan pembelajaran.
Namun, sejak dibentuknya komunitas ini, para guru tidak hanya dapat saling berbagi pengetahuan, tetapi juga melakukan analisis masalah dan menemukan solusi pembelajaran secara bersama-sama. Kolaborasi yang terbentuk ini juga mendorong para guru untuk lebih reflektif terhadap praktik pembelajaran mereka.
“Inovasi dalam pendidikan bukan hanya soal teknologi atau metode baru, tetapi juga tentang menciptakan kolaborasi. Sama seperti dalam Kurikulum Merdeka, setiap elemen pendidikan harus bekerja bersama untuk mewujudkannya,” ungkapnya.
Abdul Jalil juga menambahkan bahwa kreativitas, komitmen, dan kolaborasi adalah kunci dalam menciptakan pembelajaran yang sukses dan bermanfaat bagi murid.
Nur Ernawati: Pembelajaran Informatika yang Menyenangkan dan Bermakna
Sementara itu, Nur Ernawati, seorang guru Informatika di SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta, berbagi pengalamannya dalam mengimplementasikan Computational Thinking dengan menggunakan aplikasi Scratch dan Makey-Makey.
Inovasi ini memungkinkan siswa untuk terlibat langsung dalam proyek pemrograman yang bersifat praktis dan berbasis pada kolaborasi kelompok.
Dengan pendekatan berbasis proyek ini, para siswa tidak hanya belajar konsep-konsep dasar informatika, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kerja sama.
Nur Ernawati menjelaskan bahwa sebelum inovasi ini diterapkan, ia melakukan asesmen terhadap kapasitas siswa di bidang informatika. Hasilnya, ia menemukan adanya kesenjangan besar antara siswa yang sudah fasih dalam teknologi dan yang belum memahami sama sekali.
Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membagi siswa ke dalam kelompok agar mereka dapat saling berbagi ilmu dan menyelesaikan tantangan bersama.
“Dengan menggunakan aplikasi seperti Scratch dan Makey-Makey, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkan langsung apa yang mereka pelajari. Ini adalah cara yang menyenangkan dan bermakna bagi mereka untuk memahami teknologi,” ujar Nur Ernawati dengan semangat.
Menurutnya, pendekatan ini mengajak siswa untuk berpikir kritis, berinovasi, dan berkolaborasi. Ia juga mengajak sesama guru untuk menciptakan pembelajaran informatika yang menyenangkan, yang tidak hanya fokus pada penguasaan teknologi, tetapi juga pada pengembangan kreativitas dan keterampilan abad 21.
Menghadirkan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid
Webinar ini menjadi ajang untuk menyebarluaskan berbagai inovasi yang dilakukan oleh para guru yang berhasil mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Para narasumber tidak hanya menunjukkan contoh nyata keberhasilan mereka dalam mengubah cara mengajar, tetapi juga memberikan inspirasi bagi guru-guru lainnya untuk berinovasi dalam praktik pembelajaran mereka.
Hal ini sejalan dengan tujuan Kurikulum Merdeka, yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan individual siswa, memberikan kebebasan dalam belajar, dan mendorong mereka untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Di era digital dan tantangan pendidikan yang semakin kompleks, inovasi dalam pembelajaran menjadi sangat penting. Melalui pengalaman-pengalaman nyata yang dibagikan oleh Abdul Jalil dan Nur Ernawati, kita dapat melihat bagaimana guru berperan sebagai agen perubahan dalam sistem pendidikan yang lebih inklusif, kolaboratif, dan berpusat pada murid.
Menjadi Teladan untuk Guru Lainnya
Sebagai penutup, Dr. Kasiman mengingatkan bahwa setiap inovasi dalam pendidikan memiliki potensi besar untuk membawa perubahan.
Inovasi tersebut tidak hanya terbatas pada penggunaan teknologi, tetapi juga pada perubahan pola pikir dan metode pengajaran yang lebih kreatif dan adaptif terhadap kebutuhan siswa.
“Kami berharap para guru dapat terus berinovasi, berbagi pengetahuan, dan bekerja sama untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik, seperti yang telah dilakukan oleh Abdul Jalil dan Nur Ernawati,” ucap Dr. Kasiman.
Dengan keberhasilan yang ditunjukkan oleh para guru ini, Kurikulum Merdeka semakin mendekatkan Indonesia pada pendidikan yang lebih adil dan merata, yang dapat menghasilkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Kesimpulan
Serial Webinar ini menegaskan bahwa inovasi guru menjadi elemen kunci dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka yang berfokus pada pembelajaran berbasis murid.
Melalui pengalaman para guru inovatif, kita melihat bagaimana pendidikan yang mengedepankan kolaborasi, kreativitas, dan refleksi dapat membawa dampak positif yang signifikan bagi siswa.
Dengan semangat yang sama, diharapkan lebih banyak guru di seluruh Indonesia dapat terinspirasi untuk terus berinovasi demi menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. | PgriBeltim.Com | */Redaksi | *** |
