PgriBeltim.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Pada Jumat (7/11) lalu, kejadian mengejutkan terjadi di SMA Negeri 72, Jakarta Utara.
Dua ledakan yang mengguncang lingkungan sekolah tersebut memicu kepanikan di kalangan siswa dan warga sekitar. Akibat ledakan itu, hampir seratus orang terluka, dan banyak yang harus dirawat intensif di rumah sakit.
Salah satu yang terluka adalah terduga pelaku, yang diketahui merupakan seorang pelajar sekolah itu sendiri. Kini, kasus ini tengah menjadi sorotan, terutama terkait dengan motif dan latar belakang kejadian yang sangat mencengangkan ini.
Rajo Ameh, seorang alumni SMA Negeri 72 Jakarta Angkatan 1987, menyampaikan penyesalannya yang mendalam atas peristiwa ini. “Saya sangat menyesali dan menyayangkan kejadian ini. Apapun alasannya, ini tidak seharusnya terjadi dalam lingkungan sekolah.
Sekolah adalah tempat yang seharusnya steril dari hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan,” ujarnya dengan nada prihatin.
Rajo juga berharap agar pihak berwajib, khususnya polisi, dapat segera mengusut tuntas kasus ini agar kejadian serupa tidak terulang, terutama di lingkungan pendidikan yang harusnya menjadi tempat yang aman bagi generasi bangsa.
Motif yang Masih Misterius
Penyelidikan terhadap ledakan ini tengah berjalan intensif. Kombes Pol Budi Hermanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya, mengungkapkan bahwa pihak kepolisian sedang mendalami motif yang mendasari perbuatan terduga pelaku.
“Saat ini, Densus 88 bersama Ditreskrimum Polda Metro Jaya masih mendalami motif di balik peristiwa ini.
Kami juga sedang memeriksa aktivitas media sosial terduga pelaku untuk mengetahui apakah ada afiliasi dengan kelompok atau komunitas tertentu yang bisa berhubungan dengan tindak terorisme,” jelas Budi.
Lebih lanjut, Budi juga mengonfirmasi bahwa pihak kepolisian telah menemukan sejumlah barang bukti di rumah terduga pelaku, termasuk serbuk yang diduga digunakan untuk membuat bahan peledak.
Namun, hasil analisis lebih lanjut oleh Puslabfor (Laboratorium Forensik) akan menentukan apakah serbuk tersebut benar-benar digunakan untuk membuat bahan peledak.
Kondisi Korban yang Terus Bertambah
Jumlah korban ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta terus bertambah. Hingga Sabtu (8/11) kemarin, tercatat 96 orang terluka akibat ledakan tersebut.
Sebagian besar korban mengalami luka bakar dan gangguan pendengaran. Sebanyak 29 orang masih dirawat intensif di rumah sakit, sementara 67 orang lainnya sudah diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Asep Edi Suheri, menyatakan bahwa sebagian korban menderita luka serius akibat serpihan benda yang meledak dan beberapa di antaranya juga mengalami gangguan pendengaran.
Kronologi Kejadian
Menurut saksi mata, ledakan terjadi sekitar pukul 12.15 WIB di area musala sekolah. “Ada dua ledakan, satu di belakang dan satu di dekat pintu musala,” ujar Lodewijk Freidrich Paulus, Wakil Menko Polhukam, yang menjelaskan kronologi kejadian.
Peristiwa itu terjadi saat sebagian besar siswa sedang melaksanakan salat Jumat. “Begitu ledakan terjadi, suasana langsung kacau. Para siswa panik dan langsung berlarian keluar dari musala,” tambahnya.
Setelah kejadian, petugas Brimob segera melakukan sterilisasi di lokasi dan meminta para siswa serta masyarakat sekitar untuk menjauh dari area tersebut.
Aparat kepolisian pun mulai menyelidiki barang bukti yang ditemukan di sekitar lokasi, termasuk benda yang mirip dengan senjata api.
Meski sempat dikabarkan ada penemuan senjata, pihak berwenang memastikan bahwa benda tersebut adalah senjata mainan, bukan senjata api sejati.
Terduga Pelaku dan Latar Belakangnya
Terduga pelaku, yang kini berstatus sebagai anak yang berhadapan dengan hukum (ABH), diketahui berusia 17 tahun. Sumber di sekolah menyebutkan bahwa pelaku sering mengalami perundungan (bullying) di sekolah dan diduga memiliki motif balas dendam.
“Saya menduga siswa ini ingin balas dendam dan mungkin juga berencana untuk bunuh diri. Ada tiga jenis bom yang dibawa, namun hanya dua yang meledak,” ujar seorang teman pelaku yang enggan disebutkan namanya.
Pihak kepolisian juga sedang mendalami apakah pelaku memiliki afiliasi dengan kelompok ekstremis atau komunitas yang mendorong tindak kekerasan, setelah beberapa catatan dan gambar yang ditemukan di media sosial pelaku mengarah pada hal tersebut.
Namun, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengingatkan untuk tidak langsung mengambil kesimpulan bahwa kejadian ini terkait dengan aksi terorisme. “Kita belum sampai ke sana,” ujarnya dengan tegas.
Apa Pelajaran yang Bisa Diambil?
Peristiwa ini meninggalkan pertanyaan besar tentang peran lingkungan pendidikan dalam menjaga keselamatan dan keamanan para siswanya.
Rajo Ameh, dalam sebuah releasenya, berharap kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk seluruh pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.
“Peran guru, terutama guru pembimbing dan guru BK, harus lebih intens dalam memantau kondisi psikologis siswa.
Kita harus bisa menangkap tanda-tanda dini jika ada siswa yang terisolasi atau merasa tertekan,” kata Rajo.
Kejadian ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap aktivitas siswa, terutama di dunia maya.
Aktivitas media sosial yang tidak terkendali bisa menjadi pintu masuk bagi pengaruh-pengaruh negatif yang bisa membahayakan keselamatan, baik bagi individu itu sendiri maupun bagi orang lain di sekitarnya.
Selain itu, penting untuk terus memperkuat kerjasama antara pihak sekolah, orang tua, dan aparat kepolisian dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi para siswa.
Pendidikan yang baik haruslah menjamin keamanan, kedamaian, dan kesempatan bagi siswa untuk berkembang tanpa rasa takut atau tekanan.
Ledakan di SMA Negeri 72 bukan hanya sebuah tragedi yang menimbulkan banyak korban, tetapi juga sebuah peringatan keras dan pelajaran untuk dunia pendidikan serta berbagai pihak bahwa lingkungan pendidikan harus lebih diperhatikan, baik dalam aspek keamanan maupun dalam upaya pencegahan perilaku ekstrem atau kekerasan di kalangan remaja.
Semoga, melalui penyelidikan yang tuntas dan pembelajaran yang diambil dari kejadian ini, kita dapat mencegah peristiwa serupa terjadi di masa depan. | PgriBeltim.Com | */Redaksi | *** |

turut prihatin